Rabu, Maret 09, 2011

Perilaku Pemuda Kini Makin Mencemaskan


Di satu sisi, globalisasi telah melahirkan berbagai perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena menawarkan contoh-contoh kemajuan dan alternatif baru. Namun hasil globalisasi seringkali kurang menguntungkan negara berkembang. Salah satu kelompok yang rentan ikut terbawa arus adalah generasi muda.
Hal tersebut disampaikan Dosen Sosiologi FISIP Unair Surabaya, Bagong Suyanto saat Pemantapan Wawasan Kesatuan Kebangsaan bagi masyarakat Jawa Timur di ruang pertemuan sebuah hotel di Lamongan, Selasa (8/3). “Dalam konteks relasi yang tidak seimbang antara negara maju dan negara sedang berkembang, maka hasilnyapun sering tidak menguntungkan negara sedang berkembang, “ ujar Bagong yang juga Koordinator Bidang Kemasyarakatan Dewan Pakar Provinsi Jatim tersebut.
Terkait rentannya generasi muda terhadap pengaruh berubahnya jaman itu, Bagong menyebut hal itu terjadi tak lain karena pemuda memiliki karakteristik unik. Yakni labil, sedang dalam taraf mencari identitas, mengalami masa transisi sehingga membuat mereka cenderung tidak mampu menahan godaan dari proses perubahan global.
Namun dia berharap semua pihak terutama orang tua dan guru tidak cepat menghakimi remaja dengan perilaku menyimpang sebagai anak nakal. Untuk memahami remaja, lanjutnya, yang dibutuhkan adalah kesediaan kita, terutama orang tua dan guru untuk berempati dan mengerti apa sebetulnya keinginan, harapan dan dunia kehidupan mereka. Menurut dia, tanpa adanya pemahaman yang mendalam terhadap kehidupan remaja, niscaya yang dilakukan hanyalah tindakan menghakimi atau sekedar menyalahkan mereka sebagai anak nakal yang tak patuh pada nasehat orang tua.
Dikatakannya, di berbagai kota besar sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah remaja semakin mencemaskan masyarakat. “Kenakalan remaja kini tidak lagi sekedar aktivitas seperti membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras atau sekedar menggoda lawan jenis. Mereka kini seringkali terlibat tawuran layaknya preman, terjerumus dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan kehidupan seksual pra nikah, “ ujarnya.
Lebih lanjut disampaikannya, globalisasi dengan berbagai atribut dan tawaran gaya hidup serta budaya yang mampu membangkitkan mimpi, fantasi dan pemenuhan emosional untuk menyenangkan diri sendiri adalah daya tarik yang sulit ditepis remaja. Terutama lewat nilai-nilai yang cenderung sekuler dan media massa.
“Globalisasi memang terbukti mampu menyatukan dunia dan menyebabkan batas-batas adnministrasi wilayah menjadi kabur. Namun di saat yang sama globalisasi ternyata malah melahirkan kesenjangan sosial, polarisasi antar kelas yang makin lebar serta menumbuhkan pengangguran yang makin besar, “ tegasnya.
Wabup Amar Saifudin saat membuka kegitan itu memiliki pandangan serupa dengan Bagong Suyanto. Dia tidak memungkiri masih rendahnya jiwa dan semangat wawasan kebangsan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal itu terbukti masih banyaknya pertikaian antar kampung, perang saudara, tingkah laku suporter yang anarkis, dan baru-baru ini kekerasan Ahmadiyah. “Semoga warga Lamongan tidak seperti itu,” kata dia.
“Demi terciptanya rasa cinta kepada bangsa maka kita harus memiliki wawasan dan pijakan yang benar dan tepat agar kita bisa membela negara dengan benar untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari masalah disintregrasi, seperatisme, dan hadirnya kekuatan asing yang mengancam,” pungkasnya.
Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Bakesbangpollinmas Pemprov Jatim Zainal Muhtadin, Kepala Bakesbangpol dan Linmas Lamongan Abdul Wahib. Kegiatan itu juga diikuti sebanyak 40 orang dari Bakesbangpolinmasl Pemprov Jatim, pengurus BEM/PTN/PTS/Menwa di Surabaya, Lamongan Gresik, dan Tuban. Kemudian 40 orang pengurus Osis/SMA/SMK/Santri, dan ormas kepemudaan di Lamongan, 40 orang pengurus Osis/SMA/SMK/Santri, dan ormas kepemudaan Kabupaten Tuban dan Gresik.


0 komentar: