Senin, Januari 26, 2009

Wabup Pertama di Indobnesia Tutup Usia

Mantan wakil bupati pertama di iandonesia, H. Soetarto berpulang diusianya yang ke 61 tahun. Almarhum menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 13.30, saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Graha Amarta, Senin (26/1). Almarhum meninggalkan seorang istri, Hj. Sri Wahyuni dan empat anak Wawan, Winda, Johan dan Puput.
Kawasan jl. Kusuma Bangsa, tampak dipadati pelayat. Mereka hadir ke tempat kediaman dan disemayamkannya jenaza H. Soetarto. Mereka datang untuk mengantar kepergian H. Tarto, demikian sapaan almrhum, untuk selamanya.
Hadir pada belasungkawa itu Bupati Lamongan H. Masfuk, Wabup Tsalits Fahami, Sekda H. Fadeli beserta Muspida dan beberapa pejabat Pemkab Lamongan, baik aktif maupun non aktif, serta tokoh masyarakat lainnya. Termasuk mantan bupati H. Mohammad Faried, mantan Sekda H. Ena Soemarna, dan beberapa tokoh lain termasuk dari kalangan parpol.
Di jajaran kiai hadir Rais uriyah PC NU Lamongan KH Suudi Karim, Ketua PC NU setempat KH Abdullah Maun, KH. Ilyas Mawardi, KH Masud Almujnar, KH. Abdus Salam, KH. Abdul Majid dan sejumlah kiai lainnya.
Alamrhum di kebumikan di Dusun Sekarputih, Desa Rancangkencono, Kecamatan Lamongan, yang juga dusun tempat kelahirannya. Sesuai pesan almarhum, KH. Ilyas Mawardi ditunjuk untuk mentalkinkan almarhum.
Bupati H. Masfuk saat diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan di masjid Dusun Sekarputih, terkesan sangat terharu. Bahkan pembicaraannya sempat terhenti, karena tidak kuasa menahan tetesan air mata melihat mantan teman dan rivalnya ini pergi untuk selamanya. Maklum, semasa hidupnya, almarhum pernah menjadi wakil bupati mendampingi bupati Masfuk selama satu periode. Dan, ia tecatat sebagai wakil bupati pertama di Indonesia. Disisi lain, almarhum H Tarto juga pernah duet dengan cabup Taufiqurrahman Saleh dan pasangan lain, berebut menjadi bupati – wakil bupati Lamongan dengan pasangan H. Masfuk- H. Tsalits Fahami.
Bupati Masfuk mengucapkan banyak terima kasih. Almarhum yang juga mantan PNS ini, pernah duet bersamanya memimpin Lamaongan selama lima tahun. ’’kami merasakan suka dan dukanya. Kami sering lebur hingga larut malam memecahkan persoalan yang ada. Semoga almarhum mendapat pengampunan dari-Nya,’’ demikian salam terakhir bupati Masfuk pada almrhum.
Sebelum meninggal dunia, almarhum sempat dirawat di Rumah Sakit Graha Amarta Surabaya sekitar dua pekan. Karena sakit hipatitisnya yang kian parah, sehingga jiwanya tidak tertolong.
Keluarga dekat almarhum mengungkapkan, sebelum dirawat di Rumah Sakit Graha Amarta,, almarhum menjalani pengobatan alternatif di Semarang. Berkat pengobatan ini, penyakit almarhum terlihat sembuh.
ketika sembuh, almarhum tampaknya menghiraukan penyakitnya. Ia menjalani aktivitasnya, layaknya orang sehat. Ini karena, jiwa almarhum yang tidak mau diam. Puncaknya, saat musim ziarah haji, diduga karena kecapean, penyakit almrhum kambuh lagi. ’’Karena selalu anjang sana, sehingga capek,’’ katanya.
Setelah kambuh, pihak pengobatan alternatif di Semarang, tempat almarhum menjalani pengibatan sebelumnya, tidak bertanggung jawab. Karena itu, almarhum diminta pulang. Saat pulang, almarhum menjalani pengobatan di RS Muhammadiyah Lamongan, kemudian dirujuk di Rumah Sakit Graha Amarta. ’’Akhirnya di rumah sakit ini, almarhum bapak meninggal,’’ kata keluarga dekat Almarhum.
Semasa hidpnya, almarhum yang juga anak kandung pasangan almrhum H. Radi Astrodiharjo – Hj. Siti Rohaya, akrab dengan masyarakat. Almarhum yang pensiunan PNS, setelah tidak menjabat wabup, akrab dengan bawahan, baik saat menjabat maupun sudah pensiun. ’’Orangnya sangat baik,’’ kata salah satu warga Sekarputih saat pemakaman almarhum, kemarin.

0 komentar: