Rabu, Desember 31, 2008

Melihat Kantin dan Koperasi Kejujuran



Memperingati hari anti korupsi se-dunia pada 9/12, dibentuk sejumlah kantin dan koperasi kejujuran di Lamongan. Bagaimana dua jenis usaha yang sebagai simbol anti korupsi ini beroperasi ?
-------------



Meski tidak meraup keuntungan, namun kantin maupun koperasi kejujuran - yang telah dilaunching oleh Wakil Bupati Lamongan Tsalits Fahami dan Kepala Kejaksaan Negeri Lamongan Irnensif pada hari anti korupsi sedunia 9 Desember lalu - tidak ada yang merugi. Setidaknya ini yang terjadi di kantin kejujuran di tiga lembaga pendidikan yakni SDN Jetis III, SMPN 2 dan SMKN 1 Lamongan. ’’Ini sebagai bukti siswa berbuat jujur,’’ kata salah satu guru pembimbing di SDN Jetis III.
Lebih dari itu, setelah berjalan hampir satu bulan, koperasi kejujuran di SDN ini setiap hari omzetnya dapat meningkatkan.
Kepala SDN Jetis III Supriatin menuturkan, sejak diberlakukan koperasi kejujuran dalam satu hari mampu meraup pendapatan antara Rp. 600 ribu – Rp. 1.200.000,- Pendapatan tersebut terhitung meningkat, dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya mampu menghasilkan pemasukan antara Rp. 150-200 ribu /hari.
’’Siswa kami menyambut baik sistem koperasi kejujuran, karena dapat mendidik mereka untuk jujur. Dengan melayani dirinya sendiri tanpa ada yang mengawasi, sehingga mereka tidak harus menunggu penjaga saat mereka memerlukan barang yang dibutuhkan,’’’ katanya.
Sejak dilaunching, kata dia, tidak ada kendala yang berarti. Kalaupun ada, hanya terjadi pada siswa kelas 1 yang masih kurang mengerti saat mengambil uang kembalian. Karena masih kelas 1, terkadang ada yang mengambil kembalian lebih juga ada yang kurang, bahkan ada juga yang tidak mengambil uang kembalian, sehingga kami masih mengawasi dari jauh untuk anak kelas 1. ’’Dengan sistem ini siswa juga dapat belajar berhitung selain untuk melatih jujur,’’ ujarnya.
Kondisi yang sama juga terjadi di SMKN 1 Lamongan. Sejak di luncurkan hingga hari ini (31/12), kantin di sekolah ini berjalan lancar. Kalaupun merugi hanya Rp. 4.300,-. ’’Itupun bukan karena kecurangan yang dilakukan siswa, namun karena kesalahan siswa saat mengambil kembalian,’’ kata salah satu guru setempat.

Namun, lanjut ia, kerugian tersebut telah tertutupi. Sebab, dalam satu hari, kantin di sekolah kejuruan ini mendapatkan penghasilan rata-rata Rp. 200-250 ribu.
Guna mengantisipasi terjadinya kecurangan yang dilakukan siswa, akunya, setiap upacara bendera yang diselenggarakan setiap hari Senin, siswa diingatkan tentang kantin kejujuran. Mereka diperingatkan fungsi kantin kejujuran berikut hukuman bagi siswa yang terbukti melakukan kecurangan.
Sementara pengelola koperasi kejujuran di SMPN 2 Lamongan Sulistyowati mengaku, meski berjalan lancar, namun masih mendapati satu atau dua siswa yang kedapatan bertindak curang. Namun tindakan tersebut tidak mengakibatkan kerugian koperasi yang dikelolanya, karena cepat ditangani.
Siswa yang kedapatan curang, katanya, untuk sementara ini tidak mendapatkan hukuman, namun diajak bicara dari hati ke hati. ’’Alhamdulillah ternyata cara ini ampuh untuk mendidik anak berbuat jujura,’’ ujarnya.


0 komentar: