Senin, Maret 02, 2009

Akibat Amukan Bengawan Solo


Banjir di sekitar Bengawan Solo wilayah Lamongan bisa dibilang mematikan sendi kehidupan. Sementera disisi lain warga para korban banjir harus tetap beraktivitas. Bagaimana menyiasatinya ?
SMP Negeri 2 Laren, di Desa Centini, salah satu lembaga pendidikan korban banjir. Guna proses belajar mengajar tetap berjalan, lembaga pendidikan yang gedungnya terendam air hingga 60 cm itu, kantornya terpaksa ngungsi Desa Kendal, Kecamatan Sekaran.
Bukan hanya itu, pelaksanaan try out juga terpaksa ngungsi di MIMA V di desa tempat kantor pengungsian tersebut. Sedangkan siswa kelas VII dan VIII terpaksa diliburkan sampai batas yang tidak ditentukan. ‘’Melihat kondisi banjirnya,’’ kata Irham Kasek setempat saat didampingi Wakasek, Yusron di kantor darurat, kemarin.
Sementara disisi lain sekitar belasan ternak sapi milik warga Desa Bulutigo/Laren diungsikan ke sepanjang tanggul desa. Hal ini dilakukan warga desa setelah luapan Bengawan Solo sudah mulai meninggi di rumah mereka. Bukan hanya di malam hari, warga juga menjaga ternaknya di kala siang karena takut harta paling berharganya itu hilang. Disepanjang tanggul desa itu berjajar tenda-tenda darurat yang tidak hanya diisi hewan ternak, namun juga warga pemiliknya.
Disampaikan Kades Bulutigo Fatollah Akbar, sudah sejak Jum’at lalu (27/2) warga mengungsikan hewan ternaknya. Sebelumnya, meski air sudah merembes ke permukiman, warga masih bertahan. Namun ketika ternaknya sudah terancam, mereka mulai mengungsi bersama ternak yang dimiliki. Diatas tanggul, berdiri kandang-kandang darurat dari terpal seadanya. Di bawah naungan terpal berbagai warna itulah warga bersama hewan ternaknya mengungsi.

Bupati Lamongan Masfuk bersama Wabup Tsalits Fahami, Dandim 0812 Letkol Arh. Priyanto bersama beberapa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kunjungi warga Bulutigo yang mengungsi di tanggul, Senin (2/3). Pada kesempatan itu Masfuk juga serahkan bantuan sejumlah 170 terpal yang diterima secara simbolis oleh Kades Bulutigo dan Camat Laren Rusgianto. Selain itu juga ada sejjmlah mi instant, beras dan biscuit yang diserahkan. Untuk menuju kawasan tanggul tersebut, Masfuk sebelumnya harus menyeberangi Sungai Bengawan Solo yang sedang meluap dengan berperahu.
Kunjungan orang nomor satu di Lamongan itu benar-benar memberi nuansa tersediri bagi masyarakat Desa Bulutigo yang terlanda banjir. Kehadirannya cukup memberi semangat pada mereka. Itu terlihat dari penduduk yang saling berebut untuk menyalami. Tidak terlihat kesedihan di wajah mereka ketika mendapat kesempatan besalaman dengan Masfuk. “Wis ket banjir tahun wingi pingin salaman karo Pak Masfuk, akhire saiki keturutan (sudah sejak banjir tahun lalu ingin bersalaman dengan Pak Masfuk, akhirnya sekarang tercapai), “ celetuk salah satu ibu-ibu sambil menggendong anaknya yang masih balita.
Masfuk kepada masyarakat berpesan agar lebih mengutamakan keselamatan jiwanya dulu. Karena itu yang paling utama. Sementara untuk penyaluran bantuan, sampai saat ini terus disalurkan. Menurutnya, jikapun ada keterlambatan itu wajar mengingat luasnya daerah cakupannya. “Saya minta jika banjir sudah meninggi, agar warga segera mengungsi. Karena keselamatan jiwa jauh lebih penting. Saya juga berterima kasih kepada warga yang saat ini sudah mau mengungsi. Jika ada yang merasa belum terima bantuan, tinggal minta ke Pemda InsyaAllah segera dipenuhi, “ tutur dia.
Di Kecamatan Laren, banjir sudah genangi 13 desa, yakni Bulutigo, Siser, Pelangwot, Pesanggrahan, Laren dan Keduyung. Juga Desa Centini, Durikulon, Mojoasem, Jabung, Dateng, Gelap dan Karangwungulor. Sejumlah 4.284 rumah terendam dan 2.498 kk (9.992 jiwa mengungsi.
Sampai dengan hari ini (kemarin) berdasar data Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Lamongan, banjir Bengawan Solo di Lamongan sejak jebolnya Tanggul Negara yang berada di Desa Tegalsari, Widang, Tuban pada 1 Maret dinihari kemarin, sudah genangi 10 kecamatan dan 86 desa di Lamongan. Juga genangi 9.469 rumah dan 33.500 jiwa. Selain itu sejumlah 2.685 kepala keluarga (kk) dan 10.299 jiwa sudah mengungsi. Di Kecamatan Babat, 2.498 kk (9.992 jiwa) di Laren, 94 kk (376 jiwa) di Karangbinangun, dan 15 kk (60 jiwa) di Glagah. Paling banyak rendam wilayah Kecamatan Kalitengah sebanyak 17 desa. Sementara Tanggul Desa putus sebanyak 7 titik, yakni 4 titik di Kecamatan Laren dan 2 titik di Kecamatan Karangbinangun serta 1 titik di Kecamatan Glagah. Di Kecamatan Laren 4 unit rumah hanyut.

Bersama itu turut terendam 17 kilometer jalan desa, 3 kilometer jalan lingkungan dan 1,5 kilometer jalan kabupaten. Selain itu sebanyak 50 sarana pendidikan, yakni 7 TK, 21 SD, 16 MI, 2 MTs, 3 SMA dan 1 MA. Juga rendam 49 sarana keagamaan dengan rincian 13 masjid, 34 mushola dan 2 ponpes. Sementara untuk lahan pertanian, sejumlah 4.729 ha tambak, 210,7 ha lahan padi, 348 ha lahan jagung serta 3 puskesmas pembantu dan 2 polindes.
Sampai saat ini Pemkab Lamongan melalui Satlak PB sudah salurkan sejumlah besar bantuan ke sejumlah titik banjir. Yakni 2.568 paket sembako (beras, minyak goreng, gula, kecap dan mi instan), 99 dus biskuit, 317 dus mie instant, 43.045 kilogram beras dan 27 dus air mineral.

Data tinggi air Bengawan Solo dalam pheilschaal 2 Maret 2009

Titik Papan Duga Waktu
6.00 WIB 7.00 WIB 12.00 WIB
Karangnongko 24.23 24.23 24.08
Bojonegoro 12.94 12.94 12.47
Babat 8.45 8.43 8.31
Pelangwot 6.14 6.12 6.04
Karanggeneng 4.74 4.73 4.69
Kuro 2.67 2.66 2.62

Kondisi Puncak Air Bengawan Solo Pada Minggu 1 Maret 2009 pukul 1.00 WIB dini hari
Titik Papan Duga Waktu
1.00 WIB
Karangnongko 25.68
Bojonegoro 15.33
Babat 8.96
Pelangwot 6.47
Karanggeneng 4.94
Kuro 2.72
Ket : Puncak air banjir tahun lalu saat tanggul Tegalrejo/Widang jebol papan duga di Babat berada di angka 8.61 pheilschaal.

0 komentar: