Jumat, Maret 06, 2009

Banjir Kepung Lamongan


Banjir bak kepung Lamongan. Belum sirna banjir yang memporakporandakan kawasan Bengawan Solo dan ''Terminal Air'' belum surut, kini banjir mengepung kota. Akibat waduk Takeran Klating, Kecamatan Tikung jebol, daerah pinggiran kota setempat terendam banjir, Kamis (6/3).
Hujan sekitar lima jam, mulai sekitar pukul 17.00, yang mengguyur kota Lamongan dan sekitaranya berdampak serius. Karena tidak mampuh menampung air, sehingga membuat kantong-kantong air di daerah ini meluber.
Diduga tidak mampuh menampung air, sehingga waduk Takeran Klating, Kecamatan Tikung jebol. Air meluber ke utara, yang berada di daerah rendah, termasuk kota Lamongan.
Banjir pun menyapu perkampungan, jalan raya dan lahan pertanian, baik di wilayah Kecamatn tikung maupun pinggiran kota Lamongan, khususnya di Kelurahan Sidoarjo.
Banjir kian meluas, karena waduk Joto Sanur, juga di wilayah banjir, airnya terpaksa dibuang. Sebab, waduk yang pernah jebol pada tahun 1996 yang menenggelamkan kota Lamongan ini, tidak mampuh menampuyng air hujan. ''Kalau tidak dibuang bahaya. Kalau jebol, lebih bahaya lagi,'' kata warga Joto.

Banjir ini melengkapi banjir di kabupaten Lamongan. Sebab sebelumnya banjir terjadi di kawasan Bengawan Solo yang saat ini belum surut total dan banjir di ''Terminal air'' atau disebut kawasan Bonorowo. Yakni meliputi wilayah Kecamatan Glagah, Karangbinangun, Deket, Turi, Kalitengah dan Karanggeneng.
Sebaliknya, banjir diperkotaan dipastikan akan memperparah banjir di kawasan ''Terminal Air'' yang merupakan kawasan pertambakan. Pasalnya, air dari Tikung dan perkotaan ini dipastikan larinya ke kawasan ''Terminal Air. Sementara air di ''Terminal Air'' tidak bisa membuang ke Bengawan Solo karena kondisi airnya lebih tinggi. ''Ini jelas larinya ke wilayah kami, Bonorowo,'' kata H. Tohir, petambak asal Kedamatan Karangbinangun.
Lamongan bisa dibilang dikepung banjir. Dari utara, warga wilayah Bengawan Solo porak poranda, wilayah Terminal Air di wilayah timur meradang dan wilayah Tikung di wilayah selatan tak berdaya saat banjir menyapu wilayah mereka. Kini giliran warga kota Babat, yakni kecamatan paling ujung barat Lamongan, menjerit. Sebab hujan dan luapan rawa, mengakibatkan kawasan kota setempat kebanjiran, sejak kemarin malam. Utamanya kawasan sebelah barat jembatan, aktivitas warga setempat nyaris terhenti total, karena ketinggian air mencapai 60 cm. ''Kami sangat resah karena banjirtampaknya akan terus merangkak naik, tapi perhatian dari kelurahan dan kecamatan belum ada,'' kata warga setempat.
Data di Humas dan Infokom Setda Kabupaten Lamongan menunjukkan, banjir di Kecamatan Tikung ini terjadi akibat tanggul sungai jebol. Tanggul yang jebol itu sudah diatasi dengan menumpuk 160 zak berisi pasir.
Data ini juga menyebutkan, akibat banjir ini sehingga merendam Dusun Pilanggadung, Desa Tambakrigadung. Setidaknya terdapat 150 rumah tergenang air hingga 50 cm, 1 rumah kayu roboh 3 rumah rusak.
Untuk di Desa Joto Sanur sebanyak 405 rumah KK terendam 20 cm, Desa Gunungrejo 60 rumah terendam hingga 20 cm, Desa Pengumbulannadi, 25 rumah dengan kedalam 20 cm. ''Ini baru data sementara yang kami peroleh,'' kata salah satu staf di kantor tersebut.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah benar benar banjir besar.
Sekarang ini, kalau kemarau kekeringan, hujan jadi kebanjiran