Senin, Desember 29, 2008

Melawan Benjolan 3 kg di Wajah







Sungguh pedih penderitaan Rony (10) warga Dusun Bululor, Desa Tuguh, Kecamatan Mantup. Diusianya yang belia, bocah kelas I SD ini harus berjuang melawan sekitar 3 kg tumor ganas. Karena ketidakberdayaannya, ia seakan dibikin pasrah menghadapi cobaan ini.







Pengap dan menyedihkan, tampaknya ini kalimat yang pas untuk menggambarkan Rony. Diusianya yang belia, ia tidak bisa bermain, bercanda ria bersama teman-temannya. Ia terpaksa ‘’mengasingkan’’ diri di rumah.
Penyakit yang menyerangnya, membuyarkan impiannya, bahkan masa hidupnya. Bagaimana tidak, penyakit ini sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Benjolan yang sudah bercokol sejak kelas 1 SD ini, kian tumbuh subur, bahkan kini sudah sebesar kepalanya.
Pertumbuhan benjolan ini, sehingga wajah bocah kelas V SD ini tidak tampak lagi. Yang tampak hanya benjolan besar. Mulutnya dabn hidungnya sudah tidfak kelihatan, yang tampak hanya dua gigi taring menjulang ke bawah dan dua lobang kecil dan besar di antara benjolan ini. Sedangkan mata kirinya bergeser ke samping dan mata kanannya juga bergesar kesamping bahkan sudah pejam terus. Saat ditanya, ia hanya bisa kedap-kedip.
Tempat tidur di ruang tamu berdinding kayu, menjadi saksi bisu anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Kasiani – Asrip ini, dalam menjalani ‘’siksaan’’. ‘’Ia sudah tidak bisa kemana-mana, setiap hari ya di situ (tempat tidur),’’ kata Kasiani, ibu Rony.
Harapan bocah ini seakan buyar seiring kian tumbuh subur tumornya. Dua gambar tokoh Smack Down -Triple H dan John Cena yang sering tampil di televise swasta - tertempel di dinding ruang tamu seakan hanya menjadi hiasan belaka tanpa bermakna.
Hal ini bisa dipahami, karena situasinya sangat kontradiktif. Sang tokoh dengan gayanya yang menonjolkan kekeran tubuhnya, sedangkan sang penempel gambar yakni Rony, tubunya tinggal tulang dan kulit, karena pertumbuhan tubunya terkuras untuk musuhnya, tumor.
Ibunya, Kasiani menuturkan, Rony lahir secara normal. Tapi sejak kelas 1 SD, tumbuh bisul di bawa mata kanannya. Karena kian besar, atas biaya sendiri, tahun 2005 buah hatinya ini dibawa ke RSUD dr Sutomo Surabaya. Di RS ini, pengobatan tumor Rony tidak dioperasi tapi melalui sinar karena sudah besar. Hasilnya, tumor ini dinyatakan sembuh.
Bocah ini pun menjalani aktivitasnya seperti biasa, termasuk sekolahnya. Tapi belum lama ia tersenyum, ia harus menjalani penderitaan lagi. Sebab, setehun setelah penyinaran, tumornya ini kambuh lagi. Karena pertumbuhan cepat tumor ganas ini, sehingga pada awal 2008, Rony yang saat itu sudah kelas V SD, sudah tidak bisa sekolah lagi.
Sekarang, keluarga miskin ini hanya bisa pasrah. Pasalnya, ia tidak punya biaya untuk membawanya ke Surabaya, sebagaimana perawatan pertama. Penghasilan ayahnya, Asrip, yang hanya sebagai buruh tani, hanya cukup untuk makan keluarga. Sementara, kata Kasiani, pihak Puskesmas Mantup tidak sanggup untuk mengobati penyakit Rony, karena tumor ini dianggap sudah parah. ‘’Uang dari mana untuk mengobatkan, untuk makan saja susah,’’ kata Kasiani. Meski tumor Rony kian mengganas, bukan berarti ia harus pasrah. Mereka, keluarga itu, masih punya harapan, agar anaknya tetap hidup, agar bisa bercanda dan belajar bersama teman-temannya. Siapa peduli ?

0 komentar: