Senin, Desember 15, 2008

Jaran Jinggo, Seni Budaya Yang Nyaris Punah



LAMONGAN – Jaran Jinggo, bisa dibilang, satu diantara seni budaya Lamongan yang terancam punah. Kini, dalam rangka Lamongan Art 2008, budaya warisan leluhur ini digairahkan kembali. Bagaimana kebolehan seni yang mengandalkan binatang yang namanya kuda ini ?


Ribuan pasang mata warga kota Lamongan tertuju pada kuda, yang tengah beratraksi di depan pendopo Lokatantra Lamongan, kemarin. Ya, jarang jinggo, demikian orang menyebutnya seni budaya yang biasanya dihadirkan untuk hajat khitanan ini. Disebut jaran (kuda) jinggo, bisa jadi karena seni budaya perpaduan Islami-Jawa asal Kecamatan Solokuro ini, mengandalkan kelebihan binatang, kuda.
Penonton dibikin tertegung akan kebolehan binatang piaraan ini. Maklum, bukan hanya dandanannya saja yang serba gemerlap - bak pakaian sang raja - yang menyita banyak mata. Lebih dari itu, prilakunya yang menyerupai manusia, membuat banyak kepala bergeleng-geleng karena kagum.
Bagaimana tidak, dua ekor binatang ini bisa berjoget mengikuti irama terbang dan jidor (semacam beduk), jenis alat musik Islami. Masing-masing bocah belia yang didandani bak raja, larut dalam gerakan, ketika kedua binatang ini manggut-manggut mengikuti irama jidor.
Semua mata terbelalak, ketika binatang ini menyampaaikan salam hormat pada bupati Masfuk beserta muspida yang tengah menyaksikan atraksi seni budaya ini, dengan cara bersujut. Lebih mengherankan lagi, ketika digelarkan tikar dan lengkap dengan bantal, binatang jantan bersujud dan mulutnya mencium bantal. Sejurus kemudian, binatang ini tertidur pulas, di atas tikar. Saat bersamaan seorang pria anggota group seniman ini juga membujur kaku.
Oleh peserta lain, pria ini disandingkan diantara keempat kaki kuda yang tertidur. Jadilah kuda tidur bersama manusia. ‘’Hanya kuda Lamongan yang bisa begini,’’ demikian suara yang keluar dari pengeras suara mengomentari sang kuda.
Konon, selain berkat pawang hewan yang handal, gerakan kuda, termasuk seniman lainya ini dibawa pengaruh mejik. Indikasinya, begitu sang pawang mencoba membangunkannya dengan sebilah keris yang digenggam ditangannya, sontak kedua mahluk yang membujur kaku ini terbangun.
Jaran Jinggo, salah satu peserta yang ditampilkan pada acara parade seni dan budaya dalam rangka Lamongan Art 2008. Kini, dalam rangka Lamongan Art 2008 ini, seni dan budaya yang terancam punah ini dibangkitkan kembali. ‘’Harapan kami dengan Lamongan Art 2008 ini, Pemkab senantiasa memberikan dukungan, agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengembangkan kesenian di Lamongan,’’ kata Ketua DKL, Sonhaji Zainudin.


0 komentar: